Bengkulu – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum (Kanwil Kemenkum) Bengkulu dalam hal ini diwakili oleh Kepala Divisi Pelayanan Hukum Machyudhie menghadiri kegiatan Sarasehan Wastra Bengkulu Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, bekerja sama dengan desainer nasional sekaligus Anggota Bidang Kemitraan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Wignyo Rahadi, serta tim dari Indonesia Fashion Chamber, Senin (28/7/2025).
Acara yang digelar di Ballroom Hotel Mercure Bengkulu ini bertujuan untuk mendorong pengembangan wastra Bengkulu yang lebih inklusif dan adaptif terhadap pasar nasional maupun global, serta memperkuat ekosistem wastra daerah berbasis kearifan lokal. Hadir dua narasumber utama yang membagikan wawasan strategis tentang pentingnya penguatan identitas budaya melalui wastra.
Prof. Dr. Sarwit Sarwono, dalam pemaparannya, menekankan pentingnya menggali dan menghadirkan nilai, filosofi, dan cerita di balik setiap motif dan kain wastra Bengkulu. Ia menyoroti bahwa setiap garis atau batik seharusnya tidak hanya tampil secara visual, tetapi juga harus mengandung narasi budaya yang kuat agar dapat dipublikasikan secara luas. "Yang perlu kita tambahkan dalam karya wastra adalah narasi budaya, eksplorasi nilai-nilai lokal yang bisa ditampilkan ke dunia. Bukan hanya motif, tapi juga makna dan cerita di dalamnya," ujar Prof. Sarwit. Ia mendorong kolaborasi lintas sektor dalam membangun ekosistem budaya yang mencakup motif, nilai, narasi, dan publikasi.
Sementara itu, Wignyo Rahadi menggarisbawahi peran strategis wastra sebagai bahasa visual budaya yang mampu mengikat masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ia membedakan antara penjahit dan desainer, di mana desainer harus mampu menciptakan karya yang memiliki tema, nilai tinggi, dan narasi budaya. Menurutnya, wastra Bengkulu seperti Batik Basurek, Tenun Kaganga, dan motif Rafflesia merupakan warisan tekstil unik yang belum banyak dikenal di panggung nasional maupun global. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan inovasi desain yang menggabungkan akar lokal seperti daun keladi dan bunga Rafflesia dengan pendekatan universal agar dapat diterima secara luas.
Wignyo juga memaparkan berbagai strategi untuk mendorong komersialisasi dan hilirisasi wastra, mulai dari pengembangan e-commerce, kolaborasi dengan fashion influencer dan desainer nasional, hingga penyelenggaraan workshop dan pelatihan desain untuk komunitas serta sekolah mode. "Wastra bukan sekadar warisan, ia adalah identitas kultural bangsa, representasi nilai daerah yang membentuk wajah fesyen nasional," tegasnya.
Partisipasi Kanwil Kemenkum Bengkulu dalam kegiatan ini menjadi bentuk dukungan terhadap penguatan kekayaan intelektual berbasis budaya daerah, serta dorongan nyata terhadap perlindungan dan pemanfaatan wastra sebagai aset budaya yang memiliki nilai ekonomi dan diplomasi tinggi. Sarasehan Wastra Bengkulu 2025 ini diharapkan dapat membangun kesadaran kolektif akan pentingnya narasi budaya dalam setiap karya wastra serta mendorong kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, komunitas budaya, dan generasi muda dalam menjadikan wastra Bengkulu sebagai bagian penting dari wajah Indonesia di mata dunia. (HUMAS/Ed. JE)
#KementerianHukum
#LayananHukumMakinMudah
#KemenkumBengkulu
#KanwilKemenkumBengkulu
#Zulhairi